Tahun 2024, tahun naga kayu yang menandakan keberuntungan dan hoki bagi mereka yang percaya. Bahkan tidak jarang hal ini sering dikaitkan dengan angka hoki 77–88–99. Namun tidak untuk dunia perjudian Indonesia.
Indonesia mengawali tahun ini dengan goncangan politik pemilu 2024 yang cukup panas, terlebih sangat berkaitan erat dengan kisah dan cerita di balik layar. Yah, namanya juga politik, pasti selalu ada udang di balik perkedel.
Lantas apa kaitannya dengan dunia judi Indonesia?
Regulasi Judi: Semakin Berkabut dan Tanpa Arah
Ranah dan kisah hukum persoalan judi sebenarnya sudah men-darah daging, bahkan akarnya saja sudah tertanam kuat di bumi Indonesia sejak era penjajahan. Pertanyaannya, mampukah regulasi judi benar-benar terlaksana dengan baik apalagi dengan kondisi semakin maraknya judi online?
Dari sejak mencuatnya kasus Ferdy Sambo yang dikaitkan dengan konsorsium 303, bisnis judi mulai mendapat hantaman keras dari banyak sisi. Beragam tekanan secara politis, hukum dan bahkan kominfo sendiri menjadikan ranah bisnis terlarang ini semakin kritis.
Gencarnya penangkapan, pemblokiran hingga penyelidikan yang berkaitan dengan perjudian ilegal dilakukan non-stop di seluruh Indonesia, sebagai tindak lanjut guna menegaskan dan menunjukkan pada rakyat bahwasanya pemerintah Indonesia sangat anti dengan aktivitas haram satu ini.
Jika sudah begitu, bukannya sudah jelas arahnya kemana? Oh tidak begitu kawanku. Semua langkah yang dilakukan pemerintah bukanlah tanpa biaya, dan semakin gencar sebuah usaha atau proses maka dipastikan biaya yang harus dikeluarkan tidaklah sedikit. Makanya muncul pertanyaan, berapa lama hal ini bisa berlangsung?
Faktanya, perjudian tidak akan pernah bisa dibasmi tuntas sampai kapan pun. Berbeda jauh dengan narkoba yang bisa mudah diputuskan rantainya cukup dengan mencari sumbernya.
Permainan Berkonsep Judi Masih Bebas Beroperasi
Ini adalah salah satu kontroversi yang sering dipertanyakan, karena bentuk perjudian itu aslinya hanya sebuah permainan hiburan. Bahkan permainan apa pun bisa menjadi judi jika memakai embel-embel uang tunai dalam transaksi — baik itu topup, deposit, saldo ataupun penukaran poin.
Hal ini bisa dibuktikan secara mudah. Bayangkan jika hiburan permainan anak yang ada di mall dan pusat perbelanjaan tidak lagi menggunakan tiket sebagai hadiah, tapi malah bisa ditukar uang tunai langsung sesuai nominal pada mesin — 100 berarti 100 ribu. Otomatis donk itu berubah fungsi menjadi mesin judi.
Nah, makanya kembali kita harus bertanya pada diri sendiri, sebenarnya salah siapa sih jika ada yang berjudi? Toh kita sendiri juga sudah membiarkan dan mengajarkan anak-anak untuk menikmati permainan dari mesin judi yang dialih fungsikan?
Baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia perlu berbenah dan paham tentang konsep perjudian, yakni permainan probabilitas atau peluang. Tidak peduli bentuk permainannya seperti apa, semua permainan yang menerapkan konsep peluang dalam memenangkan hadiah, berarti sudah termasuk judi.
Bahkan, jika mau dibandingkan, permainan Android terkenal seperti MLBB (Mobile Legends: Bang Bang) bisa menelan uang lebih kencang daripada permainan judi asli. Meskipun penyampaian kasarnya adalah beli skin, tapi nyatanya kita harus berjudi untuk mendapatkan skin tersebut. Apa sih bedanya bunda?
Makanya jangan heran kalau ada beberapa negara yang telah menerapkan langkah pencegahan dengan cara membatasi topup atau pun jam bermain dalam permainan yang dianggap mengandung judi terselubung. Kapan ya Indonesia bisa benar-benar melek judi dan paham konsepnya?
Legalisasi Judi: Penantian Tanpa Harapan
Sebelum ada batas jelas tentang konsep judi dalam permainan, maka bisa dipastikan pemerintah akan selalu kewalahan dalam memberantas aktifitas ilegal ini. Berkat kemudahan akses internet dari masa ke masa, sekarang ini peminat judi bisa menemukan bermacam situs penyedia judi online secara mudah.
Jika memang sulit diberantas, lantas kenapa tidak dibuat legal saja seperti layaknya negara lain? Negara kan bisa meraup pajak masuk yang luar biasa dari bisnis judi tadi?
Ide itu sebenarnya sudah masuk dalam agenda pemerintahan sejak jaman alm. Soeharto. Pada masa beliau, kita bisa menemukan toto legal di Indonesia dengan nama SDSB dan juga Nalo (Nasional Lotre). Sayangnya, pada masa itu terjadi korupsi tingkat tinggi yang dibiarkan, padahal arus penerimaan kas negara untuk judi togel yang waktu itu legal, sangatlah tinggi.
Makanya jangan heran kalau beliau disebut Bapak Pembangunan Nasional, karena berkat pajak togel tadi, pembangunan bisa digalakkan non-stop di seluruh Indonesia.
Wow, kalau memang begitu, kenapa tidak dilanjutkan?
Faktanya, pemerintah sendiri pernah keceplosan, “judi online itu lebih bagus dipajaki”. Hal ini secara tidak langsung memberi gambaran bahwa niat melanjutkan itu sebenarnya ada, tapi sulit untuk direalisasikan karena banyak faktor internal dan eksternal.
Penutup
Pemilu Indonesia 2024 membawa dampak besar terutama untuk arah pemerintahan dan visi Indonesia selama 5 tahun ke depan. Meskipun hasil dan tujuan belum dapat dipastikan, namun langkah pemerintah akan membawa pengaruh besar pada arah perjalanan dunia perjudian Indonesia.
Pemerintah bisa berkaca dari jejak negara tetangga di Asia Tenggara yang sudah melegalkan perjudian; Apa dan bagaimana hasilnya, seberapa banyak manfaatnya untuk pembangunan dan masyarakat setelah legalisasi.
Protes dan suara penolakan pastinya akan banyak muncul, terlebih karena mayoritas penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam. Jika agama menjadi salah satu faktor, kenapa negara seperti Malaysia, atau Uni Emirat Arab mampu melegalkan perjudian? Tentu itu menjadi sebuah pertanyaan dan pe-er bagi pemerintah sendiri, apakah pemahaman tentang judi sudah cukup di Indonesia?
Akhir kata, semoga pemerintahan baru yang terbentuk nantinya lewat pemilu 2024 ini memiliki ketegasan dan visi terbaik untuk kepentingan negara. Dengan maju dan berkembangnya negara, maka rakyat sendiri yang akan diuntungkan terutama dari semua keuntungan dan pajak yang dihasilkan lewat legalisasi judi.
Salam Kartel4D ~